Arsip Blog

Minggu, 31 Mei 2009

Sastra Pertunjukan? Gampang!

Standar isi kurikulum 2004 dan KTSP 2006 untuk bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMP menuntut guru mengembangkan inovasi dan kreativitas�mengajar. Situasi itu mensyaratkan guru aktif menambah pengetahuan dengan informasi penunjang yang memperkaya materi pembelajaran.

Di lapangan, banyak guru tak menyadari kian kuatnya tuntutan untuk meningkatkan kompetensi diri tersebut. Bahkan, banyak yang mengeluhkan kurikulum KTSP 2006 sebagai pola dan teknik pembelajaran yang membingungkan dan memberatkan. Terutama, pembelajaran sastra pertunjukan, yang mencakup baca puisi, berbalas pantun, mendongeng, dramatisasi cerpen, musikalisasi puisi, dan bermain peran (drama).

Pembelajaran itu mengandalkan tingkat kompetensi apresiasi dan kemampuan mempraktikkan. Banyak guru yang menilai sastra pertunjukan termasuk pembelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi. Beragam alasan dikemukakan. Di antaranya, tidak berbakat, tidak terlatih mengapresiasi, dan tak berpengalaman berkesenian. Sesungguhnya, alasan begitu mengindikasikan bahwa guru malas mempelajari materi pembelajaran baru, juga malu bila harus memberikan contoh atau menjadi model di kelas.

Padahal, bukankah itu tugas dan kewajiban guru bahasa dan sastra Indonesia? Saya jadi ingat rekan guru, dosen, sekaligus seniman dari Ponorogo, S. Tedjo Kusuma. Dia mengatakan, guru bahasa dan sastra Indonesia harus muka badak, harus berani memutus urat malu, saat berdiri di kelas.

Maksudnya, tentu bukan malu-maluin saat mengajar. Dengan bermuka badak, guru jadi lepas berekspresi dan tidak canggung menjadi model pembelajaran. Sebab, bagaimana siswa mampu membaca puisi/cerpen, melakukan musikalisasi puisi, atau bermain peran bila guru tak mampu memberikan contoh?

Upaya agar pembelajaran menarik dan menyenangkan akan gagal bila guru canggung, tak percaya diri, sebagai model pembelajaran. Celakanya, untuk menutupi itu, guru sering bertindak otoriter dengan memberikan tugas berat sehingga siswa pontang-panting mengerjakannya. Proses KMB jadi tak menarik. Menakutkan. Proses ditinggalkan. Siswa bolos.

Pembelajaran sastra pertunjukan, sesungguhnya, menyenangkan bila guru punya wawasan apresiasi dan keterampilan memadai. Menyenangkan karena guru dan siswa diposisikan sebagai subjek sederajat. Komunikasi dalam pembelajaran itu tak boleh searah. Agar tercapai pemahaman apresiatif atas puisi, misalnya, harus ada diskusi atau dialog yang rasional dengan argumentasi jelas.

Untuk mencapai kondisi ideal itu, guru tak harus membuat model muluk-muluk. Untuk pembelajaran musikalisasi puisi, misalnya, guru tak perlu mengacu Ebiet G. Ade yang tingkat musikalisasinya serius. Guru bisa membuat model sederhana, cukup puisi diiringi musik tiga akord dari gitar.

Atau, musikalisasi puisi yang lebih sederhana dengan alat musik kentongan, ecek-ecek tutup botol, galon air mineral, atau botol isi butir kacang hijau/beras. Siswa akan lebih bersemangat bila puisi yang dimusikalisasi itu ciptaan salah seorang siswa yang diedit secara kelompok.

Intinya, musikalisasi puisi tak harus melagukan puisi. Bisa saja hanya baca puisi yang diberi intro musik, lalu diselingi dan ditutup musik lagi. Gampang.

Bagaimana bermain peran? Stop menganggapnya pertunjukan serius yang butuh akting, tata panggung, dan penyutradaraan top. Pikiran begitu akan membuat guru tidak pede jadi model pembelajaran berakting di kelas. Takut ditertawakan.

Anggap saja bermain peran itu sama dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Bukankah naskah drama merupakan gambaran kehidupan sehari-hari? Guru bisa menunjukkan akting tetangga marah atau siswa bingung ditagih PR. Anak pun didorong menirukan kejadian di sekitar dengan modal tampil tanpa beban. Lebih afdal lagi bila guru bisa memotivasi siswa menyusun naskah drama sederhana sesuai kemampuan akting dan kejadian di sekitar. Dengan begitu, bermain peran akan menyenangkan. (soe)

Sri Handajati

Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Mejayan, Caruban, Madiun

sUMBER: http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=51188

Tidak ada komentar:

Posting Komentar