Standar isi kurikulum 2004 dan KTSP 2006 untuk bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMP menuntut guru mengembangkan inovasi dan kreativitas�mengajar. Situasi itu mensyaratkan guru aktif menambah pengetahuan dengan informasi penunjang yang memperkaya materi pembelajaran.
Di lapangan, banyak guru tak menyadari kian kuatnya tuntutan untuk meningkatkan kompetensi diri tersebut. Bahkan, banyak yang mengeluhkan kurikulum KTSP 2006 sebagai pola dan teknik pembelajaran yang membingungkan dan memberatkan. Terutama, pembelajaran sastra pertunjukan, yang mencakup baca puisi, berbalas pantun, mendongeng, dramatisasi cerpen, musikalisasi puisi, dan bermain peran (drama).
Pembelajaran itu mengandalkan tingkat kompetensi apresiasi dan kemampuan mempraktikkan. Banyak guru yang menilai sastra pertunjukan termasuk pembelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi. Beragam alasan dikemukakan. Di antaranya, tidak berbakat, tidak terlatih mengapresiasi, dan tak berpengalaman berkesenian. Sesungguhnya, alasan begitu mengindikasikan bahwa guru malas mempelajari materi pembelajaran baru, juga malu bila harus memberikan contoh atau menjadi model di kelas.
Padahal, bukankah itu tugas dan kewajiban guru bahasa dan sastra Indonesia? Saya jadi ingat rekan guru, dosen, sekaligus seniman dari Ponorogo, S. Tedjo Kusuma. Dia mengatakan, guru bahasa dan sastra Indonesia harus muka badak, harus berani memutus urat malu, saat berdiri di kelas.
Maksudnya, tentu bukan malu-maluin saat mengajar. Dengan bermuka badak, guru jadi lepas berekspresi dan tidak canggung menjadi model pembelajaran. Sebab, bagaimana siswa mampu membaca puisi/cerpen, melakukan musikalisasi puisi, atau bermain peran bila guru tak mampu memberikan contoh?
Upaya agar pembelajaran menarik dan menyenangkan akan gagal bila guru canggung, tak percaya diri, sebagai model pembelajaran. Celakanya, untuk menutupi itu, guru sering bertindak otoriter dengan memberikan tugas berat sehingga siswa pontang-panting mengerjakannya. Proses KMB jadi tak menarik. Menakutkan. Proses ditinggalkan. Siswa bolos.
Pembelajaran sastra pertunjukan, sesungguhnya, menyenangkan bila guru punya wawasan apresiasi dan keterampilan memadai. Menyenangkan karena guru dan siswa diposisikan sebagai subjek sederajat. Komunikasi dalam pembelajaran itu tak boleh searah. Agar tercapai pemahaman apresiatif atas puisi, misalnya, harus ada diskusi atau dialog yang rasional dengan argumentasi jelas.
Untuk mencapai kondisi ideal itu, guru tak harus membuat model muluk-muluk. Untuk pembelajaran musikalisasi puisi, misalnya, guru tak perlu mengacu Ebiet G. Ade yang tingkat musikalisasinya serius. Guru bisa membuat model sederhana, cukup puisi diiringi musik tiga akord dari gitar.
Atau, musikalisasi puisi yang lebih sederhana dengan alat musik kentongan, ecek-ecek tutup botol, galon air mineral, atau botol isi butir kacang hijau/beras. Siswa akan lebih bersemangat bila puisi yang dimusikalisasi itu ciptaan salah seorang siswa yang diedit secara kelompok.
Intinya, musikalisasi puisi tak harus melagukan puisi. Bisa saja hanya baca puisi yang diberi intro musik, lalu diselingi dan ditutup musik lagi. Gampang.
Bagaimana bermain peran? Stop menganggapnya pertunjukan serius yang butuh akting, tata panggung, dan penyutradaraan top. Pikiran begitu akan membuat guru tidak pede jadi model pembelajaran berakting di kelas. Takut ditertawakan.
Anggap saja bermain peran itu sama dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Bukankah naskah drama merupakan gambaran kehidupan sehari-hari? Guru bisa menunjukkan akting tetangga marah atau siswa bingung ditagih PR. Anak pun didorong menirukan kejadian di sekitar dengan modal tampil tanpa beban. Lebih afdal lagi bila guru bisa memotivasi siswa menyusun naskah drama sederhana sesuai kemampuan akting dan kejadian di sekitar. Dengan begitu, bermain peran akan menyenangkan. (soe)
Sri Handajati
Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Mejayan, Caruban, Madiun
sUMBER: http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=51188
Label
Arsip Blog
-
▼
2009
(108)
-
▼
Mei
(103)
- Masa Bimbingan Siswa
- PENGETAHUAN JURNALISTIK MERUPAKAN MODAL BAGI SISWA
- Pelatihan untuk Siswa Putus Sekolah
- Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih Layanan Pendid...
- Tidak Ada Alasan Menahan Rapor yang Menjadi Hak Siswa
- Pendidikan yang Menghargai Hak Siswa
- Pelayanan-pelayanan untuk Para Siswa
- Manajemen Kesiswaan
- Tercabulinya hak pribadi siswa
- Tahun Ajaran Baru, Terapkan Penilaian dengan Porto...
- Hardiknas 2009: Pendidikan Sains, Teknologi, dan S...
- Sistem Penilaian Ktsp Sma - Presentation Transcript
- YUG Bantu Pembangunan Sarana Pendidikan di Banten,...
- Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca
- Menyedihkan! Sarana Pendidikan Belum Sentuh Huta P...
- Diskriminasi Melanggar UU Pendidikan
- INFORMASI PELAYANAN PENDIDIKAN
- Lagi, Gedung SD Roboh di Jombang
- STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
- Belajar Bahasa Indonesia Tak Menarik Lagi
- Sastra Pertunjukan? Gampang!
- PENGERTIAN PAKEM
- Home Community Artikel Untukmu Guruku Konstruks...
- Penilaian Berbasis Kelas
- Pembelajaran Seni Budaya itu Menarik dan Menyenangkan
- Pemkot Terapkan Pembelajaran Sains Menarik Di Sekolah
- PENGARUH MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATI...
- Awas, "Bom Sosial" dari Sekolah Nasional Plus
- PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA1
- Sekolah nasional bertaraf internasional
- Kurikulum Sekolah Internasional Harus Mengacu Kult...
- Bethany School Terapkan Kurikulum Internasional
- EVALUASI PEMBELAJARAN
- Kurikulum Untuk Anak Usia Dini, Perlukah?
- Selalu Berjubel di SD 1 Pagerejo
- 15 SARANA RUSAK
- Kurikulum Pendidikan Usia Dini
- 867 SD/MI di Banjarnegara Rusak
- PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERBASIS WEB
- SARANA PENDIDIKAN
- Peran Aktif Internet dalam Pembelajaran Siswa di S...
- Sekolah Gratis Akan Perlambat Perbaikan Sarana Pen...
- PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
- Pembelajaran Aktif
- Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Sisw...
- BELAJAR BERFIKIR DENGAN MELIBATKAN OPERASI MENTAL
- BAGAIMANA MENGAJAR ANAK CERDAS ISTIMEWA?
- 3 PILAR PEMBINAAN KESISWAAN
- Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru
- Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajem...
- KETIDAKADILAN DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
- Surplus Institusi pendidikan yang dikecualikan dar...
- PEMERINTAH JANGAN RAGU-RAGU BANGUN SARANA DAN PRAS...
- UTAMAKAN LAYANAN PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA BELA...
- FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT, MINIM
- MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
- PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
- CTL YANG CENTIL KITA SENTIL....!!!
- KONSEP KE-PERBEDAAN DALAM PENDIDIKAN
- Manfaat Manajemen Kurikulum Pendidikan Dalam Peng...
- Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Indiv...
- Artikel: KURIKULUM / SILABUS BERDIFERENSIASI
- Memasukkan Konsep Sekolah Ramah Anak ke dalam Pend...
- Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dun...
- KURIKULUM PENDIDIKAN DAN ANTI KORUPSI
- Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah
- TANTANGAN GURU TERHADAP PARADIGMA KTSP...
- GURU SEMAKIN MATERIALISTIK
- GURU SEBAGAI PENGELOLA KELAS
- BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK (PROFESIONAL)???
- MENCARI SOSOK GURU IDEAL
- GURU MENDATANG MINIMAL SARJANA ATAU BERSERTIFIKAT
- PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU DALAM PERSPEKTIF TEKN...
- 800 Juta Untuk Pelatihan Guru SD Korban Gempa Bant...
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- MESSAGE FROM GROUP MODERATOR
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- TIPE-TIPE PEMIMPIN & FIGUR GURU MASA DEPAN
- SERTIFIKASI GURU ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
- STOP SERTIFIKASI GURU!!!
- Seorang Dosen Harus Serius Lakukan Evaluasi Kegiat...
- PAK GURU, JANGAN "TEXT BOOK" DONK!!!!
- UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI ISSUE KRITIS PE...
- KENAPA SEKOLAH NEGERI RATA-RATA KURANG DISIPLIN DI...
- KENAPA SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL MAHAL???
- SEKOLAH MAHAL = HASILNYA BAIK?
- MAHALNYA PENDIDIKAN BERKUALITAS
- Biaya Pendidikan Sekolah Bisa Terasing dari Publik
- 36 Guru Mantapkan Kurikulum
- Pendidikan Gratis dan Nasib Sekolah Swasta
- Selamat Menempuh Ujian Nasional
- :UN yang Tak Perlu Ada
- Tinjauan Teoritis dan Praktis Evaluasi Pelaksanaan...
- PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Pembiayaan Pendidikan...
- MALAYSIA GRATISKAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENE...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Pembiayaan Pendidikan dalam Islam
- TUJUH PROVINSI BELUM TEKEN AKAD PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
- Diskusi Terfokus NGO : Review Kebijakan Pembiayaan...
-
▼
Mei
(103)
Minggu, 31 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar