Arsip Blog

Sabtu, 30 Mei 2009

Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah

January 03, 2009 By: Dwiani listya27 Category: Uncategorized
Bagi sebagian besar warga Malang, nama Dedy Farid lebih identik dengan dunia sepakbola. Sejak 2004 lalu, bapak dua anak ini memang dipercaya duduk dalam kepengurusan Persema Malang sebagai Kepala Bidang Kompetisi. Dari bidang inilah, Dedy Farid merancang ide dan program pembinaan bagi bibit-bibit muda asli Malang untuk bisa menjadi pemain bola berbakat dan profesional.
Sepanjang kepemimpinannya, kompetisi internal di tubuh Persema bisa dibilang paling kompetitif. Pengda PSSI Jawa Timur bahkan tidak ragu menyebut Malang sebagai barometer perkembangan Sekolah Sepakbola (SSB). Betapa tidak, dalam setahun kompetisi di tubuh Persema sebagai langkah pembinaan pemain muda, sudah di awali dari Kelompok Umur (KU) 11, KU 14, KU Remaja, Divisi II, Divisi I, dan Divisi Utama.
Prestasinya pun amat membanggakan. Paling akhir, Persema U-23 tampil sebagai Juara I Nasional Ajang Liga Amatir 2007 lalu. Disamping, kompetisi internal ini melahirkan banyak pemain berbakat yang selanjutnya bermain untuk klub induknya, Persema. Paling baru, Lucky Afandi dan Suwaji adalah sebagian dari pemain yang lahir dari ketatnya kompetisi internal di Persema.
“Saya memang tidak punya basic di dunia bola. Tetapi saya sangat cinta dan gila bola. Bagi saya ini sudah cukup untuk bisa sedikit berbuat sesuatu untuk turut memajukan dunia sepakbola. Melalui kompetisi internal di Persema, memang diharapkan bisa mencari bibit pemain untuk membentuk tim-tim yang tangguh. Baik di level yunior maupun senior,” ungkap pria kelahiran 47 tahun lalu itu.
Namun bila ditelisik, keinginan seorang Dedy Farid untuk bisa berbuat sesuatu pada pengembangan sepakbola di Malang ini bukanlah satu hal yang kecil. Hampir 20 tahun lalu, suami Endang Madyawati MPd ini sudah membentuk SSB pertama di Jawa Timur yang khusus membina siswa sekolah (SSB SMP Negeri 10). Selanjutnya, Dedy Farid duduk sebagai bendahara ASMARA (Asosiasi Sepakbola Malang Raya).
Organisasi ini bisa dibilang sebagai embrio penggagas kompetisi sepakbola internal di wilayah Malang Raya meliputi Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang. Di era itu saja, tidak kurang dari 48 SSB sudah turut ambil bagian dalam mencari bibit-bibit pemain muda sepakbola. Dari keberhasilan menggelar kompetisi lokal yang aktif inilah, Dedy Farid dipercaya menggelar even serupa di tubuh Persema.
Namun siapa sangka, dibalik komitmen besar di dunia sepakbola serta di tengah padatnya jadual pembinaan bagi pemain muda Malang, Dedy Farid sejatinya adalah pendidik, seorang guru. Dalam darah sepakbolanya juga mengalir deras aliran darah yang kuat untuk bisa berbagi ilmu dan pengetahuan bagi anak didik. Sebelum 20 tahun menjadi guru IPS di SMP Negeri 10, Dedy Farid juga seorang guru di SMP Negeri 2 Rogojampi.
“Keduanya (dunia pendidikan dan dunia sepakbola -red) ternyata bisa berjalan seiringan dan saling melengkapi. Tetapi harus saya akui, aktifitas saya di dunia sepakbola yang turut memberikan banyak pengalaman bagi saya dalam mendidik anak-anak. Kemampuan berkomunikasi dan menanamkan keberanian bagi anak misalnya, itu saya peroleh selama saya aktif di organisasi sepakbola,” jelasnya.
Banyak orang salah mengira, dengan aktifitasnya sebagai guru dan juga aktif di dunia sepakbola, Dedy Farid adalah seorang guru olahraga. Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Dr Shofwan SH MSi sendiri heran, bagaimana bisa seorang guru olahraga bisa ikut seleksi menjadi kepala sekolah pada 2004 lalu? “Sejak dulu, sejak pertama menjadi guru sampai sekarang, saya itu ngajarnya IPS,” tegas Dedy Farid.
Kini, sejak 2006 lalu, Dedy Farid memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di SMP Negeri 23 Kota Malang sebagai kepala sekolah. Lagi-lagi, alumni SMA Negeri 4 Malang ini mengaku bahwa pengalaman memimpin di organisasi sepakbola, memberi pengaruh besar dalam gaya kepemimpinannya di sekolah. Pada prinsipnya, Dedy Farid menyebut ada kesamaan tanggungjawab antara dunia sepakbola dan sekolah.
“Kesamaannya adalah ada tanggung jawab untuk mendidik dan membina anak-anak untuk keterampilan dan bekalnya di masa depan. Bila di sepakbola, pembinaannya mengarah pada pembentukan mental bermain yang profesional, di sekolah pembinaanya pada pemberian ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi siswa,”jelas penyandang gelar Master Kebijakan Pengembangan Pendidikan ini.
Satu hal dari dunia sepakbola yang diterapkan benar oleh Dedy Farid di sekolah adalah mental disiplin. Lingkungan sekitar sekolah yang amat berbeda dengan kebanyakan sekolah lain di Kota Malang, menurutnya, membutuhkan metode tersendiri dalam membentuk mental disiplin siswa. “Saya amat tegas soal keterlambatan. Saya tidak bisa mentolerir karena itu bentuk paling dasar dalam menerapkan disiplin,” jelasnya.
Lalu bagaimana seorang Dedy Farid membagi waktunya hingga bisa berhasil membina sepakbola dan juga sukses menjadi pendidik serta pemimpin? Ah, sepertinya jangan membincang sepakbola di sekolah, sebaliknya, jangan membincang sekolah di lapangan bola. “Mulai jam 06.00 - 15.00 WIB saya total ngurusi sekolah. Setelah itu mari membincang soal sepakbola,” terangnya pada KORAN PENDIDIKAN.
Darah kecintaan dan gila bola yang mengalir di tubuh Dedy Farid, naga-naganya, tidak mengalir di kedua anaknya. Putra sulungnya, Rizal Ardiansah, yang duduk di SMA Negeri 10 ternyata hobi Bola Basket. Begitu juga Dinung Fitra Nugraha, belum menampakkan tanda-tanda cinta pada dunia sepakbola. Namun hal ini tidak menyurutkan langkah Dedy Farid untuk membentuk SSB di SMP Negeri 23 Malang.

Sumber:http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Peran+guru+dalam+pengadministrasian&btnG=Telusuri&meta=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar