Sabtu, 2009 April 18
Pemilihan anggota legislatif dan perwakilan daerah sudah selesai. Sekarang masyarakat tinggal menunggu hasil akhir. Tetapi tidak kalah mendebarkannya, di tengah riuh rendah suasana pertikaian politik akibat merebaknya kecurangan, kekeliruan, dan ketidaksiapan menerima kekalahan, para pelajar setingkat SMA dan SMP tengah bersiap-siap memasuki gerbang Ujian Nasional.
Ujian yang bukan hanya menentukan kelulusan para siswa tapi juga sebagai persaingan gengsi antar sekolah dan antar daerah dalam menyelenggarakan pendidikan tidak bisa tidak menuntut banyak perhatian. Pemerintah secara serius mengantasipasi munculnya kecurangan dengan menurunkan tenaga pengawas sebanyak 1.030.000 orang dengan rasio sepuluh orang anak didik diawasi oleh satu orang pengawas (Kompas/17 April 2009).
Tidak sampai di situ, di luar tenaga pengawas, masih ada lagi tim pemantau independen dari unsur perguruan tinggi dan asosiasi profesi dikerahkan untuk memastikan kemulusan proses Ujian Nasional. Mereka tidak lagi bersifat pasif dengan hanya melaporkan dugaan kecurangan. Mereka pada ujian kali ini diberikan wewenang untuk membuktikan kecurangan.
Karena Ujian Nasional ini bersifat sentralistis dan juga sebagai adu gengsi, maka kekhawatiran tidak hanya menghinggapi para anak didik, tetapi juga para orang tua, pihak sekolah, berikut pemerintah daerah. Untuk itu perlu diwaspadai. Sebab kekhawatiran itu bisa menjadi bibit kecurangan pada pelaksanaannya nanti.
Jika dalam pemilu para calon menutupi kekhawatiran dengan cara politik uang atau dengan yang sejenisnya untuk memastikan diri mereka terpilih, maka dalam Ujian Nasional kali ini boleh jadi melahirkan kecurangan secara sistemik. Perserta didik, guru sekolah, dan pemerintah daerah bisa saja merencanakan suatu kecurangan yang terorganisir agar sama-sama terpuaskan.
Sebelum ujian berlangsung, mungkin saja terjadi kecurangan dengan cara membocorkan soal dan jawaban. Atau para guru studi berupaya membuatkan jawaban soal kemudian memberikannya kepada siswa dengan berbagai cara. Bisa dengan telepon genggam, menyelipkan kertas kecil, atau dengan berbagai tanda yang disepakati bersama.
Itu pada saat atau sebelum dilangsungkannya ujian. Kecurangan bisa juga terjadi sesudah berlangsungnya ujian. Para murid dihimbau untuk tidak mengisi lembar jawaban. Kemudian oknum yang sudah disepakati mengisi lembar jawaban siswa satu persatu. Atau bisa juga lembar jawaban itu diisi terlebih dahulu oleh peserta ujian, kemudian setelahnya tim work kecurangan membetulkan hasil jawaban siswa yang salah. Tidak perlu dengan perolehan nilai yang fantastis, dengan pencapaian nilai kelulusan standar saja sudah cukup untuk menaikkan gengsi sekolah.
Kecurangan mungkin hanya efek. Untuk itu perlu adanya pemikiran ulang tentang Ujian Nasional sebagai akar terjadinya kecurangan. Pertanyaan tentang pemerataan pendidikan, baik terkait dengan kualitas tenaga pengajar, fasilitas sekolah, juga nominal dana yang digelontorkan untuk pendidikan menjadi PR pemerintah untuk menjawabnya.
Proaktif dan Jujur
Sudah tepat agaknya langkah yang diambil oleh beberapa sekolah untuk menurunkan tensi kekhuatiran yang berlebih dengan penyelenggaraan doa bersama, pemberian taushiyah dari ustadz, dan lain sebagainya. Namun yang perlu ditekankan juga adalah pengejawantahan sikap proaktif dan jujur dalam segala ranah kehidupan, terutama dalam konteks menjalani ujian.
Proaktif artinya memiliki inisiatif dan bertanggung jawab penuh atas diri sendiri. Anak yang proaktif tidak mudah menyerah. Dia selalu cerdik menciptakan jalan atas semua kebuntuan yang dihadapinya. Anak yang proaktif tidak mudah melemparkan kesalahan pada orang lain. Dia bertanggung jawab penuh atas pilihan sikap dan laku yang dijalaninya. Dia sadar penuh bahwa risiko tidak belajar adalah mati kutu di ruang ujian.
Tidak ada saran yang lebih tepat untuk saat ini kecuali dengan meningkatkan kualitas belajar anak didik. Semuanya dihimbau untuk belajar dan mengkonsultasikan jenis pelajaran yang ditengarai susah kepada guru bidang studi. Di samping itu, peserta didik juga dituntut untuk kreatif dalam menjawab kemungkinan soal yang tidak terlintas dari bimbingan belajar yang mereka jalani.
Bagi para guru, pemerintah setempat, juga orang tua, tahanlah ego dari bersikap curang. Ketidakjujuran adalah suatu kekejian. Tidak ada prestasi yang memuaskan kalau berdiri di atas pondasi kecurangan. Biarkan Ujian Nasional sebagai tanggung jawab yang semestinya diselesaikan sendiri oleh siswa. Teruslah untuk menghimbau agar peserta didik memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar. Jika perlu pemerintah daerah menyemarakkan Ujian Nasional dengan memasang spanduk-spanduk himbauan belajar layaknya kampanye. Adapun masalah kepelikan Ujian Nasional biarlah nanti menjadi bahan evaluasi pemerintah. Selamat menempuh ujian.
Label
Arsip Blog
-
▼
2009
(108)
-
▼
Mei
(103)
- Masa Bimbingan Siswa
- PENGETAHUAN JURNALISTIK MERUPAKAN MODAL BAGI SISWA
- Pelatihan untuk Siswa Putus Sekolah
- Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih Layanan Pendid...
- Tidak Ada Alasan Menahan Rapor yang Menjadi Hak Siswa
- Pendidikan yang Menghargai Hak Siswa
- Pelayanan-pelayanan untuk Para Siswa
- Manajemen Kesiswaan
- Tercabulinya hak pribadi siswa
- Tahun Ajaran Baru, Terapkan Penilaian dengan Porto...
- Hardiknas 2009: Pendidikan Sains, Teknologi, dan S...
- Sistem Penilaian Ktsp Sma - Presentation Transcript
- YUG Bantu Pembangunan Sarana Pendidikan di Banten,...
- Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca
- Menyedihkan! Sarana Pendidikan Belum Sentuh Huta P...
- Diskriminasi Melanggar UU Pendidikan
- INFORMASI PELAYANAN PENDIDIKAN
- Lagi, Gedung SD Roboh di Jombang
- STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
- Belajar Bahasa Indonesia Tak Menarik Lagi
- Sastra Pertunjukan? Gampang!
- PENGERTIAN PAKEM
- Home Community Artikel Untukmu Guruku Konstruks...
- Penilaian Berbasis Kelas
- Pembelajaran Seni Budaya itu Menarik dan Menyenangkan
- Pemkot Terapkan Pembelajaran Sains Menarik Di Sekolah
- PENGARUH MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATI...
- Awas, "Bom Sosial" dari Sekolah Nasional Plus
- PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA1
- Sekolah nasional bertaraf internasional
- Kurikulum Sekolah Internasional Harus Mengacu Kult...
- Bethany School Terapkan Kurikulum Internasional
- EVALUASI PEMBELAJARAN
- Kurikulum Untuk Anak Usia Dini, Perlukah?
- Selalu Berjubel di SD 1 Pagerejo
- 15 SARANA RUSAK
- Kurikulum Pendidikan Usia Dini
- 867 SD/MI di Banjarnegara Rusak
- PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERBASIS WEB
- SARANA PENDIDIKAN
- Peran Aktif Internet dalam Pembelajaran Siswa di S...
- Sekolah Gratis Akan Perlambat Perbaikan Sarana Pen...
- PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
- Pembelajaran Aktif
- Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Sisw...
- BELAJAR BERFIKIR DENGAN MELIBATKAN OPERASI MENTAL
- BAGAIMANA MENGAJAR ANAK CERDAS ISTIMEWA?
- 3 PILAR PEMBINAAN KESISWAAN
- Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru
- Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajem...
- KETIDAKADILAN DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
- Surplus Institusi pendidikan yang dikecualikan dar...
- PEMERINTAH JANGAN RAGU-RAGU BANGUN SARANA DAN PRAS...
- UTAMAKAN LAYANAN PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA BELA...
- FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT, MINIM
- MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
- PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
- CTL YANG CENTIL KITA SENTIL....!!!
- KONSEP KE-PERBEDAAN DALAM PENDIDIKAN
- Manfaat Manajemen Kurikulum Pendidikan Dalam Peng...
- Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Indiv...
- Artikel: KURIKULUM / SILABUS BERDIFERENSIASI
- Memasukkan Konsep Sekolah Ramah Anak ke dalam Pend...
- Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dun...
- KURIKULUM PENDIDIKAN DAN ANTI KORUPSI
- Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah
- TANTANGAN GURU TERHADAP PARADIGMA KTSP...
- GURU SEMAKIN MATERIALISTIK
- GURU SEBAGAI PENGELOLA KELAS
- BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK (PROFESIONAL)???
- MENCARI SOSOK GURU IDEAL
- GURU MENDATANG MINIMAL SARJANA ATAU BERSERTIFIKAT
- PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU DALAM PERSPEKTIF TEKN...
- 800 Juta Untuk Pelatihan Guru SD Korban Gempa Bant...
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- MESSAGE FROM GROUP MODERATOR
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- TIPE-TIPE PEMIMPIN & FIGUR GURU MASA DEPAN
- SERTIFIKASI GURU ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
- STOP SERTIFIKASI GURU!!!
- Seorang Dosen Harus Serius Lakukan Evaluasi Kegiat...
- PAK GURU, JANGAN "TEXT BOOK" DONK!!!!
- UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI ISSUE KRITIS PE...
- KENAPA SEKOLAH NEGERI RATA-RATA KURANG DISIPLIN DI...
- KENAPA SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL MAHAL???
- SEKOLAH MAHAL = HASILNYA BAIK?
- MAHALNYA PENDIDIKAN BERKUALITAS
- Biaya Pendidikan Sekolah Bisa Terasing dari Publik
- 36 Guru Mantapkan Kurikulum
- Pendidikan Gratis dan Nasib Sekolah Swasta
- Selamat Menempuh Ujian Nasional
- :UN yang Tak Perlu Ada
- Tinjauan Teoritis dan Praktis Evaluasi Pelaksanaan...
- PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Pembiayaan Pendidikan...
- MALAYSIA GRATISKAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENE...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Pembiayaan Pendidikan dalam Islam
- TUJUH PROVINSI BELUM TEKEN AKAD PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
- Diskusi Terfokus NGO : Review Kebijakan Pembiayaan...
-
▼
Mei
(103)
Kamis, 28 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar