oleh Opick .
Beberapa hari yang lalu anak SMU sederajat telah melakukan suatu teaktrikal drama kesedihan, ketegangan dan ketakukan, wajah wajah itu begitu hebat melakoni drama tersebut sehingga setiap mata yang memandangnya ikut terbawa suasananya.
Yach.. Pemandangan itu tiap tahun menjadi tontonan umum, lalu apakah begitu syistem pendidikan di indonesia? Sungguh tragis memang, tapi itulah nyatanya.
Banyak anak didik protes tentang standar kelulusan yang tiap tahun makin meningkat. Para guru yang rela menjadi maling untuk menyelamatkan anak didiknya agar dapat lulus dari UAN, ehm.. Memang sangat memprihatinkan dunia pendidikan di Negara yang kita cintai ini.
Dari berbgai masalah diatas kita bertanya... "ini salah siapa !!??"
Apakah salah pemerintah yang selalu menaikkan standar kelulusan? Ataukah salah para pendidik yang tak mampu mengajar muri muridnya sehingga takut dengan angka 5,5 (standar kelulusan sekarang)
Atau mungkin salahnya para siswa yang enggan belajar sehingga takut dengan angka 5,5 yang tentunya jika kita lihat merupakan nilai yang kurang, kalo di raport semesteran merupakan angka merah.
Selepas dari polemik diatas mari kita coba terawang dari berbagai sudut pandang.
Kita coba bandingkan dengan standar kelulusan Negara tetangga kita (Malaysia) mereka mematok standar kelulusan 7,0 waow....! Angka yang fantastik.
Untuk itu Negara kita dalam beberapa tahun belakangan ini terus gencar menaikan standar kelulusan di Indonesia, dengan maksud "makin tinggi SDM suatu negara maka makin maju Negara tersebut" juga untuk memacu para siswa untuk lebih giat belajar, Ok emang itu Ide yang bagus tapi apa buktinya sekarang? Timbul pertanyaan "Apakah Negara kita belum siap untuk menjadi negara yang maju?".
Kembali ke Tenaga pengajar, banyak OKNUM pengajar yang belum mampu menjadi seorang pendidik yang bagus untuk siswanya, dari seorang siswa dengan suara agak mengelu mengatakan "gimana mau pinter wong gurunya jarang masuk, atau lok masuk, paling paling cumen memberi tugas yang harus di catat di papan tulis lalu keluar kelas tanpa memberi penjelasan selanjutnya" ehm.. Payah emang..
Kita kembali ke kualitas para pelajar di Indonesia.
Mari kita lihat seorang Anak Papua yang mampu menjadi pemenang lomba Matematika tingkat Internasional, dengan fasilitas pendidikan yang sangat tidak memadai, tapi mampu mengharumkan Negara Indonesia, lalu bagaimana dengan pelajar yang berada di metropolitan? Yang pasilitas belajar yang sangat mengimbangi, tapi masih takut dengan angka 5,5..
Untuk mengahiri tulisan saya ini saya coba beri kesimpulan bahwa, emang benar langkah pemerintah untuk meningkatkat SDM Indonesia dengan cara meningkatkan standar kelulusan tapi pemerintah juga perlu melihat apa yang pernah diberikan untuk memajukan kualitas pendidikan di indonesia secara menyeluruh dari sekolah sekolah metropolitan ampe sekolah pelosok yang kita tau sangat memperihatinkan। Baik dari membenahi tenaga pendidik juga pasilitas yang laen untuk menunjang pendidikan tersebut. Jangan sampai pendidikan Indonesia menjadi negara karbitan॥ Belom mateng udah mau di matengin... Hehehe..
Label
Arsip Blog
-
▼
2009
(108)
-
▼
Mei
(103)
- Masa Bimbingan Siswa
- PENGETAHUAN JURNALISTIK MERUPAKAN MODAL BAGI SISWA
- Pelatihan untuk Siswa Putus Sekolah
- Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih Layanan Pendid...
- Tidak Ada Alasan Menahan Rapor yang Menjadi Hak Siswa
- Pendidikan yang Menghargai Hak Siswa
- Pelayanan-pelayanan untuk Para Siswa
- Manajemen Kesiswaan
- Tercabulinya hak pribadi siswa
- Tahun Ajaran Baru, Terapkan Penilaian dengan Porto...
- Hardiknas 2009: Pendidikan Sains, Teknologi, dan S...
- Sistem Penilaian Ktsp Sma - Presentation Transcript
- YUG Bantu Pembangunan Sarana Pendidikan di Banten,...
- Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca
- Menyedihkan! Sarana Pendidikan Belum Sentuh Huta P...
- Diskriminasi Melanggar UU Pendidikan
- INFORMASI PELAYANAN PENDIDIKAN
- Lagi, Gedung SD Roboh di Jombang
- STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
- Belajar Bahasa Indonesia Tak Menarik Lagi
- Sastra Pertunjukan? Gampang!
- PENGERTIAN PAKEM
- Home Community Artikel Untukmu Guruku Konstruks...
- Penilaian Berbasis Kelas
- Pembelajaran Seni Budaya itu Menarik dan Menyenangkan
- Pemkot Terapkan Pembelajaran Sains Menarik Di Sekolah
- PENGARUH MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATI...
- Awas, "Bom Sosial" dari Sekolah Nasional Plus
- PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA1
- Sekolah nasional bertaraf internasional
- Kurikulum Sekolah Internasional Harus Mengacu Kult...
- Bethany School Terapkan Kurikulum Internasional
- EVALUASI PEMBELAJARAN
- Kurikulum Untuk Anak Usia Dini, Perlukah?
- Selalu Berjubel di SD 1 Pagerejo
- 15 SARANA RUSAK
- Kurikulum Pendidikan Usia Dini
- 867 SD/MI di Banjarnegara Rusak
- PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERBASIS WEB
- SARANA PENDIDIKAN
- Peran Aktif Internet dalam Pembelajaran Siswa di S...
- Sekolah Gratis Akan Perlambat Perbaikan Sarana Pen...
- PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
- Pembelajaran Aktif
- Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Sisw...
- BELAJAR BERFIKIR DENGAN MELIBATKAN OPERASI MENTAL
- BAGAIMANA MENGAJAR ANAK CERDAS ISTIMEWA?
- 3 PILAR PEMBINAAN KESISWAAN
- Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru
- Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajem...
- KETIDAKADILAN DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
- Surplus Institusi pendidikan yang dikecualikan dar...
- PEMERINTAH JANGAN RAGU-RAGU BANGUN SARANA DAN PRAS...
- UTAMAKAN LAYANAN PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA BELA...
- FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT, MINIM
- MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
- PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
- CTL YANG CENTIL KITA SENTIL....!!!
- KONSEP KE-PERBEDAAN DALAM PENDIDIKAN
- Manfaat Manajemen Kurikulum Pendidikan Dalam Peng...
- Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Indiv...
- Artikel: KURIKULUM / SILABUS BERDIFERENSIASI
- Memasukkan Konsep Sekolah Ramah Anak ke dalam Pend...
- Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dun...
- KURIKULUM PENDIDIKAN DAN ANTI KORUPSI
- Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah
- TANTANGAN GURU TERHADAP PARADIGMA KTSP...
- GURU SEMAKIN MATERIALISTIK
- GURU SEBAGAI PENGELOLA KELAS
- BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK (PROFESIONAL)???
- MENCARI SOSOK GURU IDEAL
- GURU MENDATANG MINIMAL SARJANA ATAU BERSERTIFIKAT
- PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU DALAM PERSPEKTIF TEKN...
- 800 Juta Untuk Pelatihan Guru SD Korban Gempa Bant...
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- MESSAGE FROM GROUP MODERATOR
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- TIPE-TIPE PEMIMPIN & FIGUR GURU MASA DEPAN
- SERTIFIKASI GURU ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
- STOP SERTIFIKASI GURU!!!
- Seorang Dosen Harus Serius Lakukan Evaluasi Kegiat...
- PAK GURU, JANGAN "TEXT BOOK" DONK!!!!
- UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI ISSUE KRITIS PE...
- KENAPA SEKOLAH NEGERI RATA-RATA KURANG DISIPLIN DI...
- KENAPA SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL MAHAL???
- SEKOLAH MAHAL = HASILNYA BAIK?
- MAHALNYA PENDIDIKAN BERKUALITAS
- Biaya Pendidikan Sekolah Bisa Terasing dari Publik
- 36 Guru Mantapkan Kurikulum
- Pendidikan Gratis dan Nasib Sekolah Swasta
- Selamat Menempuh Ujian Nasional
- :UN yang Tak Perlu Ada
- Tinjauan Teoritis dan Praktis Evaluasi Pelaksanaan...
- PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Pembiayaan Pendidikan...
- MALAYSIA GRATISKAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENE...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Pembiayaan Pendidikan dalam Islam
- TUJUH PROVINSI BELUM TEKEN AKAD PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
- Diskusi Terfokus NGO : Review Kebijakan Pembiayaan...
-
▼
Mei
(103)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar