Sekarang sudah kelas berapa ?
Nanti kita belajarnya di kelas yang mana ?
Wooyy... kita ntar nggak ada kelas. Dosennya kagak masuk... cihuyyy... asyiiikkk
Itulah sedikit contoh dimana kata kelas biasa ditempatkan dalam kalimat atau perbincangan. Nah, sekarang apa yang bisa dijawab bila ditanya tentang apa definisi kelas dari kalimat-kalimat tersebut ?
Ruangan, tempat belajar, atau sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari pengajar yang sama pula.
Mana yang menurut kamu tepat ?
Pasti akan jawab yang terakhirkan, secara lebih panjang gitu loh kata-katanya... hehehe
Yups benar banget, kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dari pengajar yang sama pula.
Kalau sudah tahu definisi kelas, sekarang apa coba penilaian berbasis kelas (classroom based assessment) itu ???
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur seberapa besar peserta didik telah menguasai materi yang telah diajarkannya. Bukan berdasarkan penilaian pendekatan norma, tetapi menggunakan penilaian acuan kriteria dan standar yang merujuk pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan Penilaian Berbasis Kelas
Seperti telah kita pahami bersama bahwa penilaian merupakan tangga yang harus dilewati seorang pendidik sebelum dia melakukan pengambilan keputusan pendidikan, yang biasa dikenal dengan evaluasi.
Tidak ubahnya dengan tujuan penilaian pada umumnya, penilaian berbasis kelaspun bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan pembelajaran, serta memotivasi dan merangsang peserta didik untuk melakukan usaha perbaikan.
Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Telah disampaikan sebelumnya, bahwa penilaian berbasis kelas merupakan hasil pergeseran paradigma dari pendekatan pendidikan. Dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input oriented education) ke pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar (outcome based education).
Unjuk nyata kompetensi, itulah pesan moral yang sebenarnya ingin disampaikan oleh paradigma baru ini. Dimana hasil belajar seorang peserta didik dapat langsung dilihat secara kasat mata dan praktis, bukan berhenti hanya pada tataran skor yang tertera manis dalam kertas saja.
Yah... intinya dengan menggunakan paradigma ini, paling nggak orang tua dan masyarakat tidak lagi berjudi saat memasukkan anaknya ke institusi pendidikan dan tidak membeli kompetensi dalam karung. Karena penilaian berbasis kelas jauh lebih transparan dari segi penilaian dan kompetensi yang akan dihasilkan pun akan jauh lebih teremboss (baca : terlihat).
Peserta didik dan orang tua dapat berkolaborasi untuk menciptakan hasil pembelajaran atau kompetensi yang optimal dengan merujuk pada kriteria yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pembelajaran yang akan dihasilkan.
Itulah fungsi yang ditawarkan oleh penilaian berbasis kelas.
Prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Ini dia nih rumusan yang harus dipegang seorang pendidik agar penilaian berbasis kelas yang akan dilancarkan dapat berjalan secara optimal.
Motivasi. Penilaian berbasis kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh guru maupun peserta didik. Untuk mengenal kekuatan dan kelemahan tersebut, diperlukan usaha perencanaan terhadap perbaikan kegiatan pembelajaran secara terus menerus. Hal yang lebih penting, tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
Validitas. Harus menjamin tercapainya standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator. Kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan akan meningkatkan validitas. Dengan demikian maka validitas merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan.
Adil. Penilaian berbasis kelas menekankn pada adanya perlakuan yang adil kepada semua peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosek, budaya, bahasa, dan jenis kelamin.
Terbuka. Menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak baik pendidik maupun peserta didik perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
Berkesinambungan. Harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dilakukan untuk melihat kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan materi pokok yang lain.
Bermakna. Penilaian berbasis kelas dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik secara holistik. Selain itu, penilaian berbasis kelas dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama pendidik, peserta didik, dan orang tua.
Menyeluruh. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Jadi, sangat tidak mungkin jika pendidik hanya terpaku pada satu jenis penilaian saja, tertulis misalnya.
Edukatif. Penilaian berbasis kelas tidak dimaksudkan untuk membuat keputusan akhir tentang nasib peserta didik atau hal-hal lain yang dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Pelaksanaannya didasarkan pada pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu : bagaimana peserta didik memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan perolehan hasil belajar sebelumnya ? dan bagaimana guru mengajar lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya
Karakteristik Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa, yaitu :
1. Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian pendidik dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik.
Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun pembelajaran yang lebih baik yang salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik, agar lebih sistematik, fleksibel, dan efektif.
Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini pendidik terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.
2. Umpan balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Pendidik maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik.
Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.
Tak kenal maka ta'aruf... kalau sudah kenal maka proses selanjutnya adalah paham... ujung-ujungnya mudah-mudahan akan timbul keterikatan batin dan kepala dengan penilaian berbasis kelas ini. Semoga saja....
Sumber :
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dam Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara, 2008.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio : Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Label
Arsip Blog
-
▼
2009
(108)
-
▼
Mei
(103)
- Masa Bimbingan Siswa
- PENGETAHUAN JURNALISTIK MERUPAKAN MODAL BAGI SISWA
- Pelatihan untuk Siswa Putus Sekolah
- Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih Layanan Pendid...
- Tidak Ada Alasan Menahan Rapor yang Menjadi Hak Siswa
- Pendidikan yang Menghargai Hak Siswa
- Pelayanan-pelayanan untuk Para Siswa
- Manajemen Kesiswaan
- Tercabulinya hak pribadi siswa
- Tahun Ajaran Baru, Terapkan Penilaian dengan Porto...
- Hardiknas 2009: Pendidikan Sains, Teknologi, dan S...
- Sistem Penilaian Ktsp Sma - Presentation Transcript
- YUG Bantu Pembangunan Sarana Pendidikan di Banten,...
- Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca
- Menyedihkan! Sarana Pendidikan Belum Sentuh Huta P...
- Diskriminasi Melanggar UU Pendidikan
- INFORMASI PELAYANAN PENDIDIKAN
- Lagi, Gedung SD Roboh di Jombang
- STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
- Belajar Bahasa Indonesia Tak Menarik Lagi
- Sastra Pertunjukan? Gampang!
- PENGERTIAN PAKEM
- Home Community Artikel Untukmu Guruku Konstruks...
- Penilaian Berbasis Kelas
- Pembelajaran Seni Budaya itu Menarik dan Menyenangkan
- Pemkot Terapkan Pembelajaran Sains Menarik Di Sekolah
- PENGARUH MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATI...
- Awas, "Bom Sosial" dari Sekolah Nasional Plus
- PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA1
- Sekolah nasional bertaraf internasional
- Kurikulum Sekolah Internasional Harus Mengacu Kult...
- Bethany School Terapkan Kurikulum Internasional
- EVALUASI PEMBELAJARAN
- Kurikulum Untuk Anak Usia Dini, Perlukah?
- Selalu Berjubel di SD 1 Pagerejo
- 15 SARANA RUSAK
- Kurikulum Pendidikan Usia Dini
- 867 SD/MI di Banjarnegara Rusak
- PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERBASIS WEB
- SARANA PENDIDIKAN
- Peran Aktif Internet dalam Pembelajaran Siswa di S...
- Sekolah Gratis Akan Perlambat Perbaikan Sarana Pen...
- PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
- Pembelajaran Aktif
- Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Sisw...
- BELAJAR BERFIKIR DENGAN MELIBATKAN OPERASI MENTAL
- BAGAIMANA MENGAJAR ANAK CERDAS ISTIMEWA?
- 3 PILAR PEMBINAAN KESISWAAN
- Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru
- Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajem...
- KETIDAKADILAN DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
- Surplus Institusi pendidikan yang dikecualikan dar...
- PEMERINTAH JANGAN RAGU-RAGU BANGUN SARANA DAN PRAS...
- UTAMAKAN LAYANAN PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA BELA...
- FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT, MINIM
- MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
- PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
- CTL YANG CENTIL KITA SENTIL....!!!
- KONSEP KE-PERBEDAAN DALAM PENDIDIKAN
- Manfaat Manajemen Kurikulum Pendidikan Dalam Peng...
- Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Indiv...
- Artikel: KURIKULUM / SILABUS BERDIFERENSIASI
- Memasukkan Konsep Sekolah Ramah Anak ke dalam Pend...
- Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dun...
- KURIKULUM PENDIDIKAN DAN ANTI KORUPSI
- Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah
- TANTANGAN GURU TERHADAP PARADIGMA KTSP...
- GURU SEMAKIN MATERIALISTIK
- GURU SEBAGAI PENGELOLA KELAS
- BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK (PROFESIONAL)???
- MENCARI SOSOK GURU IDEAL
- GURU MENDATANG MINIMAL SARJANA ATAU BERSERTIFIKAT
- PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU DALAM PERSPEKTIF TEKN...
- 800 Juta Untuk Pelatihan Guru SD Korban Gempa Bant...
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- MESSAGE FROM GROUP MODERATOR
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- TIPE-TIPE PEMIMPIN & FIGUR GURU MASA DEPAN
- SERTIFIKASI GURU ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
- STOP SERTIFIKASI GURU!!!
- Seorang Dosen Harus Serius Lakukan Evaluasi Kegiat...
- PAK GURU, JANGAN "TEXT BOOK" DONK!!!!
- UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI ISSUE KRITIS PE...
- KENAPA SEKOLAH NEGERI RATA-RATA KURANG DISIPLIN DI...
- KENAPA SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL MAHAL???
- SEKOLAH MAHAL = HASILNYA BAIK?
- MAHALNYA PENDIDIKAN BERKUALITAS
- Biaya Pendidikan Sekolah Bisa Terasing dari Publik
- 36 Guru Mantapkan Kurikulum
- Pendidikan Gratis dan Nasib Sekolah Swasta
- Selamat Menempuh Ujian Nasional
- :UN yang Tak Perlu Ada
- Tinjauan Teoritis dan Praktis Evaluasi Pelaksanaan...
- PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Pembiayaan Pendidikan...
- MALAYSIA GRATISKAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENE...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Pembiayaan Pendidikan dalam Islam
- TUJUH PROVINSI BELUM TEKEN AKAD PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
- Diskusi Terfokus NGO : Review Kebijakan Pembiayaan...
-
▼
Mei
(103)
Minggu, 31 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar