Mitos Sekolah Negeri
Anggapan yang paling umum mengenai sekolah negeri adalah bahwa biayanya murah dan memiliki fasilitas yang lengkap. Dulu, memang sekolah negeri mematok biaya yang relatif lebih rendah dibanding sekolah swasta. Saat ini, ada juga sekolah negeri yang menarik biaya cukup mahal. Biasanya ini karena sekolah tersebut telah mendapat label sebagai bernai mematok biaya hampir sama dengan sekolah swasta. Mengenai fasilitas, dulu setiap sekolah negeri memang bisa bergantung pada subsidi pemerintah. Saat ini, subsidi pemerintah tidak lagi mencukupi kebutuhan fasilitas sekolah sehingga sekolah perlu mencari dana lain untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan. Hal inilah yang pada akhirnya meningkatkan biaya bulanan bersekolah di sekolah negeri. Anggapan lain tentang sekolah negeri adalah bahwa lulusannya bermutu karena metode pengajarannya bermutu. Hal ini pun belum tentu benar karena unggulnya metode pengajaran baru terasa jika didukung oleh fasilitas serta guru-guru yang berkualitas. Oleh karena itu, pelajari juga riwayat sekolah dan cari tahu kualitas guru dan sarana sekolahnya.
Mitos Sekolah Swasta
Masih ada anggapan bahwa sekolah swasta adalah “sekolah buangan” yaitu sekolah yang siswanya memiliki NUAN buruk sehingga tidak diterima di sekolah negeri. Kenyatannya, banyak sekolah swasta yang bermutu baik. Hal ini terbukti dari banyaknya lulusan sekolah swasta yang juga sanggup meraih NUAN tinggi. Kita juga mengenal sekolah swasta yang berbasis agama (sekolah Katolik, Kristen, atau Islam misalnya). Sekolah berbasis agama tentu saja ikut menitikberatkan pendidikan agama. Akhirnya muncul mitos bahwa sekolah seperti itu cenderung “kolot” atau “kaku” karena banyak aturan-aturan yang ketat. Adapula yang beranggapan bahwa sekolah berbasis agama banyak yang identik dengan suku bangsa tetentu. Seperti sekolah Katolik dan Kristen banyak didominasi oleh etnis Tionghoa, sedangkan sekolah Islam mayoritas siswanya pribumi atau Arab. Sekolah swasta juga dikenal menarik biaya yang mahal. Bijaklah menyikapi persepsi ini. Ada sekolah swasta yang bisa memberi keringanan bagi siswa yang kurang mampu. Disiplin sekolah swasta di satu sisi juga bisa memberi manfaat bagi anak untuk belajar bertanggung jawab. Sedangkan terkait dengan dominasi etnis tertentu, di saat bangsa kita mesti membangun kebhinekaan, tentunya kurang bijak kalau kita justru menghindarkan anak kita dari pembauran. Sepanjang mutu sekolah memang bagus, anak kita tetap akan menerima proses pembelajaran yang terbaik bukan? Bahkan mungkin ia juga akan belajar beradaptasi dengan etnis lain, sebuah pelajaran yang mungkin tidak diterima siswa di sekolah lain.
Sekolah Nasional Plus
Dewasa ini, status sekolah Nasional Plus sedang menjamur. Di jalan-jalan terpampang iklan-iklan yang menjual kehebatan sekolah Nasional Plus. Sekolah ini biasanya berkolaborasi dengan lembaga pendidikan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia, atau Australia. Bahasa Inggris yang dipandang sebagai bahasa keren bagi banyak orang tua membuat sekolah Nasional Plus menjadi incaran karena menggunakan metode pengajaran bilingual (dua bahasa: Indonesia dan Inggris). Selain itu, sekolah ini juga menjual keunggulan berupa fasilitas yang lengkap dan mewah, diantaranya laboratorium bahasa yang canggih, serta fasilitas olah raga dan ekstrakurikuler yang bergengsi seperti berkuda, golf, tennis, orkestra, atau berenang di kolam renang sekolah, dan lainnya. Sekolah ini kadangkala mengandalkan fasilitas dan lisensi metode pengajaran luar negeri serta gedung mewah. Hal ini membuat para orang tua tergiur dan beranggapan bahwa sekolah mahal adalah sekolah bagus. Benarkah demikian? Sekali lagi, orang tua perlu meneliti lebih jauh. Walaupun didukung dengan fasilitas yang sangat memadai, jika sekolah Nasional Plus tidak memiliki jajaran pengajar yang berpengalaman, maka julukan ”sekolah yang bermutu” masih belum layak disandang oleh sekolah ini.
Wah, memilih sekolah di jaman sekarang memang tidak mudah ya. Cukup memusingkan dan menjadi beban bagi orang tua. Berikut ini beberapa patokan atau standar yang dapat digunakan dalam memilih sekolah. Patokan atau standar seperti ini dapat disepakati orang tua dan anak (jika anak sudah mampu mengenal potensinya) dalam memilih sekolah yang paling tepat.
Sekolah yang TEPAT, mengandung arti sekolah tersebut dapat mengakomodir aktualisasi potensi anak. Oleh karena itu,
Jika kemampuan anak tergolong kurang, jangan dipaksakan masuk ke sekolah yang kompetisi akademiknya sangat keras karena akan membuat anak terbebani, minder, dan akhirnya merasa lebih bodoh dari apa yang mestinya masih bisa ia tampilkan.
Sesuaikan pemilihan sekolah dengan minat anak. Cari informasi tentang ekstrakurikuler yang tersedia, apakah dapat mendukung minat anak, misalnya di bidang seni atau olah raga. Selain berpeluang mengembangkan bakat anak, juga dapat membantu membuat anak menyukai sekolah.
Bagi anak yang sudah menginjak remaja, perlu ada dialog antara orang tua
materi referensi:
SUMBER: http://www.lptui.com/artikel.php?fl3nc=1...
Label
Arsip Blog
-
▼
2009
(108)
-
▼
Mei
(103)
- Masa Bimbingan Siswa
- PENGETAHUAN JURNALISTIK MERUPAKAN MODAL BAGI SISWA
- Pelatihan untuk Siswa Putus Sekolah
- Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih Layanan Pendid...
- Tidak Ada Alasan Menahan Rapor yang Menjadi Hak Siswa
- Pendidikan yang Menghargai Hak Siswa
- Pelayanan-pelayanan untuk Para Siswa
- Manajemen Kesiswaan
- Tercabulinya hak pribadi siswa
- Tahun Ajaran Baru, Terapkan Penilaian dengan Porto...
- Hardiknas 2009: Pendidikan Sains, Teknologi, dan S...
- Sistem Penilaian Ktsp Sma - Presentation Transcript
- YUG Bantu Pembangunan Sarana Pendidikan di Banten,...
- Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca
- Menyedihkan! Sarana Pendidikan Belum Sentuh Huta P...
- Diskriminasi Melanggar UU Pendidikan
- INFORMASI PELAYANAN PENDIDIKAN
- Lagi, Gedung SD Roboh di Jombang
- STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
- Belajar Bahasa Indonesia Tak Menarik Lagi
- Sastra Pertunjukan? Gampang!
- PENGERTIAN PAKEM
- Home Community Artikel Untukmu Guruku Konstruks...
- Penilaian Berbasis Kelas
- Pembelajaran Seni Budaya itu Menarik dan Menyenangkan
- Pemkot Terapkan Pembelajaran Sains Menarik Di Sekolah
- PENGARUH MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATI...
- Awas, "Bom Sosial" dari Sekolah Nasional Plus
- PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA1
- Sekolah nasional bertaraf internasional
- Kurikulum Sekolah Internasional Harus Mengacu Kult...
- Bethany School Terapkan Kurikulum Internasional
- EVALUASI PEMBELAJARAN
- Kurikulum Untuk Anak Usia Dini, Perlukah?
- Selalu Berjubel di SD 1 Pagerejo
- 15 SARANA RUSAK
- Kurikulum Pendidikan Usia Dini
- 867 SD/MI di Banjarnegara Rusak
- PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERBASIS WEB
- SARANA PENDIDIKAN
- Peran Aktif Internet dalam Pembelajaran Siswa di S...
- Sekolah Gratis Akan Perlambat Perbaikan Sarana Pen...
- PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
- Pembelajaran Aktif
- Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Sisw...
- BELAJAR BERFIKIR DENGAN MELIBATKAN OPERASI MENTAL
- BAGAIMANA MENGAJAR ANAK CERDAS ISTIMEWA?
- 3 PILAR PEMBINAAN KESISWAAN
- Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru
- Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajem...
- KETIDAKADILAN DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
- Surplus Institusi pendidikan yang dikecualikan dar...
- PEMERINTAH JANGAN RAGU-RAGU BANGUN SARANA DAN PRAS...
- UTAMAKAN LAYANAN PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA BELA...
- FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT, MINIM
- MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
- PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
- CTL YANG CENTIL KITA SENTIL....!!!
- KONSEP KE-PERBEDAAN DALAM PENDIDIKAN
- Manfaat Manajemen Kurikulum Pendidikan Dalam Peng...
- Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Indiv...
- Artikel: KURIKULUM / SILABUS BERDIFERENSIASI
- Memasukkan Konsep Sekolah Ramah Anak ke dalam Pend...
- Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dun...
- KURIKULUM PENDIDIKAN DAN ANTI KORUPSI
- Berhasil Bina Sepakbola, Sukses Pimpin Sekolah
- TANTANGAN GURU TERHADAP PARADIGMA KTSP...
- GURU SEMAKIN MATERIALISTIK
- GURU SEBAGAI PENGELOLA KELAS
- BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK (PROFESIONAL)???
- MENCARI SOSOK GURU IDEAL
- GURU MENDATANG MINIMAL SARJANA ATAU BERSERTIFIKAT
- PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU DALAM PERSPEKTIF TEKN...
- 800 Juta Untuk Pelatihan Guru SD Korban Gempa Bant...
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- MESSAGE FROM GROUP MODERATOR
- PROFIL GURU MASA DEPAN
- TIPE-TIPE PEMIMPIN & FIGUR GURU MASA DEPAN
- SERTIFIKASI GURU ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
- STOP SERTIFIKASI GURU!!!
- Seorang Dosen Harus Serius Lakukan Evaluasi Kegiat...
- PAK GURU, JANGAN "TEXT BOOK" DONK!!!!
- UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI ISSUE KRITIS PE...
- KENAPA SEKOLAH NEGERI RATA-RATA KURANG DISIPLIN DI...
- KENAPA SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL MAHAL???
- SEKOLAH MAHAL = HASILNYA BAIK?
- MAHALNYA PENDIDIKAN BERKUALITAS
- Biaya Pendidikan Sekolah Bisa Terasing dari Publik
- 36 Guru Mantapkan Kurikulum
- Pendidikan Gratis dan Nasib Sekolah Swasta
- Selamat Menempuh Ujian Nasional
- :UN yang Tak Perlu Ada
- Tinjauan Teoritis dan Praktis Evaluasi Pelaksanaan...
- PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Pembiayaan Pendidikan...
- MALAYSIA GRATISKAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENE...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Achmad Jabir: Pendidikan kita terlalu banyak akses...
- Pembiayaan Pendidikan dalam Islam
- TUJUH PROVINSI BELUM TEKEN AKAD PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
- Diskusi Terfokus NGO : Review Kebijakan Pembiayaan...
-
▼
Mei
(103)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar