Arsip Blog

Minggu, 31 Mei 2009

Teknik non-Tes dalam Pengajaran membaca

Teknis nontes merupakan suatu alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan testi (Inggris: testee) dengan tidak menggunakan alat tes. Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan tingkah laku apektif dan psikomotor. Meskipun bentuk-bentuk teknis nontes ini banyak macamnya, namun dalam bab ini hanya akan dikupas beberapa buah saja yang dianggap cocok untuk mengukur tingkah laku afektif dan psikomotor aktivitas membaca siswa.

Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Mengapa dikatakan sepihak? Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab. Ada dua macam bentuk wawancara , yaitu wawancara terpimpin dan wawancara bebas. Yang dimaksud wawancara terpimpin adalah suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak pewawancara, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan penanya. Sebaliknya dalam wawancara bebas, responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibuat si pewawancaranya.

Sekarang, mari kita lihat contoh-contoh pertanyaan wawancara, baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk terpimpin.

Contoh pertanyaan wawancara bentuk bebas untuk mengukur tingkah laku afektif dan membaca siswa.:

1) Apakah anda melakukan aktivitas membaca pada setiap
harinya?
2) Rata-rata berapa lama anda membaca dalam satu hari?
3) Jenis bacaan yang bagaimanakah yang anda sukai?
4) Apakah anda berlanggana surat kabar, majalah, jurnal,
atau yang lainnya? Coba sebutkan!
5) Bagaimana perasaan anda jika dalam suatu hari anda
tidak melakukan kegiatan membaca?

Contoh pertanyaan wawancara terpimpin untuk mengukur tingkah laku apektif membaca siswa:

Pertanyaan Alternatif Jawaban
1)

Apakah kegiatan membaca merupakan bagian dari aktivitas anda sehari-hari? a)
Ya, tak pernah satu haripun terlewatkan
b)
tidak selalu, tetapi sering.
c) kadang-kadang saja
d)
sama sekali tidak pernah
2)
Berapa jam rata-rata anda membaca dalam setiap hari? a) lebih dari 4 jam
b) antara 2-4 jam
c) antara 1-2 jam
d) kurang dari 1 jam
3)

Jenis bacaan yang bagaimanakah yang paling anda minati? a)
bacaan ilmiah/non fiksi
b) bacaan sastra/fiksi
c) bacaan populer

Dari contoh-contoh pertanyaan wawancara di atas, guru akan dapat mengukur perilaku afektif siswa dalam kegiatan membaca dengan melihat kecendrungan jawaban yang diberikan siswa. Contoh-contoh pertanyaan tersebut diatas hanya merupakan sekelumit contoh saja, anda dapat mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan informasi yang ingin anda ketahui. Perilaku afektif dan psikomotor siswa dapat dinyatakan dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup, kurang, kurang sekali atau kriteria lainnya yang sejenis dengan itu.

Sekarang mari kita lihat teknis nontes yang lainnya

Pengamatan

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Teknis ini sangat cocok dipergunaakan untuk menilai atau mengukur kadar perilaku, baik kognitif, apektif maupun psikomotor. Demikian pula halnya untuk kepentingan penilaian perilaku membaca.

Untuk mengukur kemampuan membaca siswa, teknis tes rupanya lebih cocok digunakan ketimbang teknis nontes. Namun untuk mengukur sikap, minat dan kebiasaan membaca, barangkali teknis nonteslah yang lebih tepat dipergunakan. Salah satu alat penilaian yang bersifat nontes itu adalah kegiatan mengamati atau mengobservasi.

Ada dua macam jenis pengamatan yang biasa dipergunakan orang, yaitu pengamatan berstruktur dan pengamatan tidak berstruktur. Dalam pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain,.telah ditetapkan sebelum kegiatan pengamatan dilaksanakan. Oleh karena itu , kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan seperti yang telah ditetapkan sejak semula. Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melakukan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya langsung dicatat. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku siswa dalam keadaan seperti itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak dibuat-buat.

Pengamatan berstruktur misalnya, dipergunakan untuk menilai keterampilan berpidato, keterampilan membaca indah (seperti membaca sajak, cerpen dan lain-lain), keterampilan berbicara dan sebagainya. Kerangka kerja yang perlu dipersiapkan untuk menilai keterampilan-keterampilan diatas, misalnya yang berkaitan dengan masalah lafal, diksi, intonasi, kepasihan, penampilan, ketatabahasaan dan lain-lain. Masing-masing komponen tersebut terdiri atas pernyataan-pernyataan penilaian yang bersifat kualitatif yang dapat diekuivalenkan dengan lambang-lambang kuantitatif.

Pengamatan tak berstruktur sangat cocok untuk menilai sikap, misalnya saja minat, motivasi dan kebiasaan membaca murid anda. Penilaian terhadap minat, motivasi dan kebiasaan membaca, antara lain dapat memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut:

Bagaimana sikapnya jika menghadapi bahan bacaan?
(1) Seberapa jauh tingkat keterlibatannya dalam aktivitas
membaca?
(2) Apakah para siswa mengisyaratkan adanya suatu bukti
bahwa dilingkungan rumahnya terlibat dalam aktivitas
membaca?
(3) Apa hobinya?
(4) Apa yang bisa dilakukannya pada waktu luang?
(5) Apakah siswa anda menyukai buku-buku?
(6) Apakah siswa anda memperlihatkan kemauan untuk
belajar membaca?
(7) Apakah siswa anda sering mengunjungi perpustakaan
dan apa saja yang dilakukannya disana?
(8) Apakah siswa anda suka bercerita tentang sesuatu?
(9) Apakah anda sering menjumpai siswa anda di toko
buku?
dan lain-lain.

Pengamatan guru terhadap perilaku afektif dan psikomotor siswa tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan sekolahnya saja, melainkan dimana saja dan kapan saja kita melihatnya.

Skala Bertingkat

Skala bertingkat lazim dipergunakan untuk mengukur kelayakan atau kecenderungan tertentu yang berkaitan dengan sikap, keyakinan, pandangan atau nilai-nilai yang bersifat kualitatif. Pengukuran ini cocok digunakan untuk memperoleh data kualitatif tentang objek yang bersifat heterogen. Perilaku apektif dan psikomotor siswa dalam membaca tentunya tidak sama. Masing-masing mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda dengan keragaman perilaku apektif siswa dalam membaca ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan intruksional guru dalam proses belajar mengajar.

Untuk mengukur perbedaan-perbedaan sikap atau pandangan yang sifatnya bertingkat-tingkat itu dapat menggunakan alat ukur dalam bentuk skala, untuk kemudian dikuantitaskan. Skala bertingkat mempergunakan sistem angka yang disusun secara bertingkat. Penyusunan atau pengaturan tingkat kualitas ini dapat disusun dengan mengikuti urutan bertingkat dari yang paling positif (besar) hingga yang paling negatif (kecil) atau sebaliknya. Skala yang umum dikenal adalah skala Likert.

Silakan amati skala bertingkat dibawah ini !

5 4 3 2 1
sangat setuju setuju agak setuju tidak setuju sangat tidak setuju

Jarak antara angka yuang satu dengan yang lainnya itu sama. Setiap titik angka menyatakan atau mencerminkan kualitas sikap atau pandangan tertentu. Pilihan siswa terhadap salah satu alternatif pertanyaan tersebut akan mencerminkan tingkat sikap yang dimilikinya.

Berikut ini, mari kita lihat contoh skala bertingkat dalam bentuk pernyataan. Tentu saja anda dapat mencari contoh-contoh yang lainnya.

Pertanyaan 5 4 3 2 1
Untuk mengisi kekosongan jam pelajaran guru yang tidak bisa hadir, para siswa diwajibkan membaca di perpustakaan

Setiap siswa diwajibkan melaporkan sebuah buku cerita rakyat yang pernah dibacanya pada setiap akhir pekan kegiatan sekolah.

Skala bertingkat ini dapat pula dibuat dalam bentuk angket dan disampaikan dalam bentuk pertanyaan, seperti contoh dibawah ini.

1. Bagaimana cara anda memanfaatkan perpustakaan
sekolah ?

(a) Menyediakan waktu secara teratur dalam setiap
harinya untuk membaca di perpustakaan
(b) Berkunjung dan membaca di perpustakaan secara
khusus hanya pada hari-hari tertentu, empat hari
dalam seminggu.
(c) Tidak pernah menyediakan waktu secara khusus
(d) Berkunjung dan membaca di perpustakaan jika ada
kesempatan atau ada tugas dari guru
(e) …………(cara lain, sebutkan)

2. Apa yang paling sering anda lakukan dalam
memanfaatkan waktu luang ?

(a) mengurus taman
(b) membaca
(c) berolah raga
(d) membantu orang tua
(e) ...................................

Sumber: http://www.geocities.com/daudp65/e-book/appendix/baca52.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar